Hai NV's Visiters! Selamat Datang ^_ ^
Bagaimana kabar akun sosmed kamu hari ini? Tentunya sudah kamu manjakan, bukan? Nanta hanya mengingatkan nih, kalau sedang melakukan sesuatu harus fokus ya. Jangan biarkan sosmed menghambat prestasi kamu,okee...?
Kali ini Nanta ingin memberi kamu tips nih, tentang "Menulis Cepat: Menulis dan Mengedit". Kamu tentu tahu bahwa menulis dan mengedit (kata lain: menyunting) adalah kegiatan yang berbeda, bukan? Maka dari itu, Nanta tidak menyarankan untuk melakukan dua kegiatan itu secara bersamaan karena akan memperlambat waktu pengerjaan naskah kamu.
Pernahkah kamu menghapus kalimat-kalimat yang sudah kamu tulis? Pernahkah kamu sering berhenti dan bengong lama sekali di depan laptop? Nanta tahu sebabnya. Itu karena kamu ingin menghasilkan tulisan yang sangat-sangat bagus saat itu juga. Kamu menulis sambil mengedit, kamu menuangkan isi pikiran dan sekaligus menyensornya. Karena itulah kamu merangkak lambat sekali.
" Tidak selamanya ber-multitasking itu menguntungkan. That's the fact." ~ Nanta
Harus Nanta akui, ketika sedang menulis, sering (tanpa sadar) kita melakukan dua pekerjaan secara bersamaan. Dua pekerjaan itu adalah: memproduksi tulisan (tindakan menuangkan isi pikiran) dan mengedit. Mengerjakan dua hal sekaligus ini membuat kita menulis secara tersendat-sendat dan tidak maju-maju. Sering kita menghapus lagi kalimat-kalimat yang sudah kita tulis. Mungkin kita menghabiskan waktu lama di depan media tulis dan hanya menghasilkan sedikit tulisan.
Sebuah tulisan yang baik selalu dihasilkan melalui dua tahap. Tahap pertama adalah menuangkan isi pikiran. Tahap kedua barulah editing. Pisahkan keduanya. Jangan menulis dan mengedit secara bersamaan. Tumpahkan saja terlebih dulu semua gagasan yang menyumpal di kepala kamu. Jangan pedulikan apakah susunan kalimatnya bagus atau buruk. Kita tidak bicara tentang keindahan dalam proses memproduksi gagasan ini. Di tahap ini, yang lebih penting bagi kamu adalah menumpahkan semua yang ingin anda sampaikan.
Anggap saja kamu akan memasak sesuatu dan sekarang adalah saatnya berbelanja, atau jika kamu membayangkan diri sebagai seorang tukang bangunan, anggap saja kamu sedang mengumpulkan pasir, batu-batuan, dan semen untuk membangun gedung atau jembatan. Pasir, batu, dan semen tentu tidak akan pernah kita nilai keindahannya. Yang dinilai keindahannya adalah bangunan yang tercipta dari bahan-bahan tersebut. Editing adalah proses yang bisa dipersamakan dengan tahap kita menyusun batu bata, pasir dan semen menjadi sebuah bangunan.
Jadi, jika semua yang mengganggu tempurung kepala kamu sudah kamu tumpahkan, barulah kamu bisa melakukan editing. Sebab, bahannya sudah tersedia di depan mata kamu. Ubah susunannya kalau perlu. Buang mana yang menurut kamu tidak tepat. Pikirkan pilihan kata yang menurut kamu paling kuat.
Misalnya, kamu sudah menulis: Remaja itu terus-terusan berbicara tentang keburukan temannya. Dalam proses editing, kamu merasa kalimat ini terlalu biasa, lalu kamu bisa saja mengubahnya dengan: Gadis itu tak pernah berhenti bergosip. Kata remaja yang menurut kamu kurang kuat dalam proses editing bisa diganti dengan gadis, kata terus-terusan bisa diganti tak pernah berhenti. Itu contoh paling sederhana tentang editing.
Jadi? Tumpahkan saja dulu isi kepala kamu. Sesudahnya baru kamu susun tumpahan itu menjadi sesuatu yang paling indah menurut kamu. Proses seperti ini dilakukan oleh semua penulis yang baik. Mungkin hanya penulis yang tidak sabaran yang selalu ingin menulis sekali jadi. Ernest Hemingway bahkan mengakui, dalam salah satu wawancaranya, bahwa ia menulis bagian akhir dari novel Pertempuran Penghabisan sebanyak 39 kali. Ketika sang pewawancara menanyakan apakah ada problem teknis di sana, Hemingway menjawab, “Menemukan kata-kata yang tepat.”
Oke, sekian dulu ya..
Salam hangat,
Nanta.