Show

Hai NV's Visiters! Selamat datang ^_^

Bagaimana kabar mantan kamu hari ini? Apa mereka baik-baik saja? atau tambah cantik/ganteng? Yang pasti kamu harus fokus sama tujuan hidup kamu ya, jangan mikirin dia terus..




Oke, kali ini Nanta akan membahas tips mengenai menulis kreatif, yaitu bagian "Show, don't tell." Ya, tunjukkan, jangan beritahu.

Nasihat ini sering kamu dengar, dan nasihat itu mungkin akan membuat kamu berpikir bahwa segalanya harus dipertunjukkan agar cerita anda menjadi baik. Baiklah, kita akui, itu nasihat yang baik. Jika kamu menceritakan sesuatu kepada orang lain, orang itu mungkin percaya mungkin tidak, namun jika kamu mempertunjukkan sesuatu kepada mereka, mereka akan percaya. Itulah sebabnya mempertunjukkan apa yang dilakukan oleh karakter akan lebih efektif ketimbang menceritakannya kepada pembaca bahwa seseorang telah melakukan sesuatu.

Seperti apa contoh “mempertunjukkan” itu? Apakah seperti penggalan di bawah ini?
Yori menyantap sarapannya, kemudian mandi dan pergi ke warung. Di warung ia bertemu dengan seorang pria dan mereka bercakap-cakap beberapa waktu. Yori menyukainya tetapi pria itu menolak cintanya. Kemudian Yori kembali ke rumah. Norak sekali? Begitulah, tetapi kira-kira penggambaran itu mendekati apa yang disebut “show, don’t tell”. Apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya? Kita perlu menambahkan sejumlah detail, terutama dialog dan action.

Yori menatap makanan yang sudah menjadi dingin di depannya. Empat hari lalu ia makan tempat ini dan seorang pelayan rumah makan secara tak sengaja menyenggol meja dan menumpahkan minumannya. Pria itu meminta maaf dan buru-buru mengeringkan genangan minuman di meja. Sejak peristiwa itu, senyum dan aroma  itu seperti terus mendekam di dadanya. Kini ia datang lagi dan berharap bisa bertemu lagi dengan pria itu, bertukar senyum dan, jika memungkinkan, berkenalan dengannya. Tapi pria itu tak ada. Sudah dua jam ia duduk di rumah makan ini dan pria itu tidak tampak sama sekali. Akhirnya, dengan gerak malas, ia menyantap makanan yang dipesannya dan memutuskan untuk segera meninggalkan tempat itu.
Ketika ia baru mau bangkit dari tempat duduknya, tiba-tiba tercium olehnya aroma segar yang seperti sudah dikenalnya sangat lama. Ia menolehkan kepalanya mencari sumber wewangian. Pria yang dinantinya berdiri di ambang pintu sedang melangkah masuk.
“Hai!” sapa pria itu, suaranya terdengar lembut dan matanya begitu cerah.
Yori tak tangkas menjawab sapaan itu. Mulutnya terkunci beberapa detik dan kemudian tersenyum dengan cara yang ia rasakan sendiri tidak wajar. Ia ingin duduk lagi, tapi sudah telanjur hendak keluar.




Jadi, begitulah kira-kira: kita memerlukan detail. Dan pada contoh kedua kamu sudah melihat ada perasaan, pikiran, keinginan, aroma, dan sebagainya yang terlibat di dalamnya, kan? Dengan cara itu kita bisa mengajak pembaca masuk ke dunia rekaan yang kita sampaikan. Kamu akan membaca lebih jauh lagi tentang detail ini dalam Deskripsi Lima Indera.

Di samping itu, anjuran “show, don’t tell” ini disampaikan karena kita sering menjumpai kecenderungan untuk mengobral kata sifat. Misalnya: Gadis itu sangat cantik.Hatinya baik. Dan lebih dari itu, ia seorang yang sangat ramah pada siapa saja. Ini jelas jelas telling. Untuk menghindari hal itu?
Lihat lagi contoh di bawah ini:

Di sebelahku duduk seorang gadis bermata biru. Alisnya yang tebal seperti bentangan sayap elang. Rambutnya hitam berkilau dan menggelombang menyentuh punggungnya.
 
Pelukisan tentang gadis itu sudah lebih kaya, beberapa detail tentangnya sudah ditunjukkan kepada kita. Namun, apakah itu showing? Oh, tidak! Itu masih telling. Dengan cara itu penulis masih semata-mata menuturkan kondisi fisik si gadis. Jika anda berpanjang-panjang menceritakan detail dengan cara itu, pembaca anda bisa pingsan karena bosan.
Sekarang perhatikan satu contoh lagi:
Gadis itu terbatuk-batuk dan kupikir itu batuk yang dibikin-bikin. Aku menoleh ke arahnya. Kami saling berpandangan, dan aku sedikit gelagapan melihat mata birunya menusukku tajam. Aku mencoba tersenyum, tetapi ia mengerutkan keningnya sehingga ujung-ujung alisnya bertemu. Alis tebalnya seperti elang yang membentangkan sayap dan siap mematukku. Sebelum aku bisa menguasai kesadaranku, ia sudah melangkah meninggalkan aku. Cahaya sore membuat rambut hitamnya yang bergelombang menyentuh punggung itu berkilau indah.
Nah, yang terakhir itu terasa lebih menarik sebagai cara untuk menunjukkan sesuatu. Kita tetap mendapatkan informasi bahwa gadis itu bermata biru, beralis elang, dan berambut hitam menggelombang. Namun informasi itu disampaikan dengan cara yang lebih hidup, melibatkan tindakan tertentu, dan tidak melulu seperti memperkenalkan benda mati.
Jadi, yang perlu kamu ingat adalah:
· Ketimbang menyampaikan bahwa Gina adalah seorang perempuan penyayang, lebih baik tunjukkan bagaimana ia selalu menjadi orang pertama yang menengok temannya yang sedang sakit, selalu memberikan dorongan pada orang lain yang putus asa, membuka diri setiap saat untuk membantu kesulitan orang lain.
· Ketimbang mengatakan bahwa Noka adalah tukang sulap berbakat, lebih baik tunjukkan sambutan orang-orang pada pertunjukannya dan bagaimana ia menanggapi tepuk tangan yang ditujukan kepadanya. Tunjukkan bagaimana ia mengayunkan tongkat sulapnya.
· Ketimbang mengatakan bahwa Silmi adalah gadis manja, lebih baik tunjukkan bagaimana cara dia uring-uringan. Seorang gadis manja akan menunjukkan tabiatnya hanya karena masalah payung, sepatu, atau sepotong kue.

Oke, mungkin hanya itu informasi yang bisa Nanta bagi pada postingan kali ini. Sampai jumpa pada postingan selanjutnya..

Sa

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »